Rabu, Juni 10, 2015

From Cibodas with a Sweet Moments Part 2


Akhirnya sampai di Villa

Sekitar jam satu siang, akhirnya kami sampai di Villa, ternyata belum masuk kawasan Kebun Raya Cibodas yang jaraknya 3 kilometer. Di Villa kami istirahat dulu dan mengisi tenaga, tentunya dengan makan. Villa yang kami sewa namanya Delledy, menurut pemiliknya, dinamai demikian terinspirasi dari 3 nama anaknya yang disingkat. Penulis agak lupa nama anak-anaknya. Di sana ada beberapa kamar yang kami tempati, dua untuk ikhwan dan 2 untuk akhwat. Masing-masing bisa diisi oleh 12-13 orang. Letak kamar-kamar tersebut ada di atas yang langsung menghadap pemandangan gunung, permukiman warga, masjid serta kebun bunga hias. Subhanalloh, iri banget kayaknya yang gak ikut. Selesai Isma (istirahat makan) kami bergegas untuk sholat Dzuhur.

Karena masih lelah, waktu bada dzuhur dimanfaatkan untuk istirahat sampai qobla ashar. Akibat kekenyangan, ada saja siswa yang tertidur. Namun, lebih banyak yang justru menikmati pemandangan alam dan udara yang sejuk, dengan berjalan-jalan sekitar halaman villa. Siswa ikhwan ditemani dengan penulis, penasaran ingin mencoba dinginnya air di daerah tersebut, maka dicobalah dengan menceburkan diri ke kolam renang di villa. Beerrrrrr, dingin kali... belum sampai 5 menit saja tubuh sudah terasa menggigil, tak dihiraukan sih. Mereka masih saja asik berenang sambil main bola plastik yang dipinjam dari siswa Akhwat.

Berhubung siswa Ikhwan sedang asyik berenang di kolam, siswa akhwat bersama wali kelasnya berkeliling kampung sekitar villa, untuk selfie, groufie dan tafakur alam. Kebersamaan yang tak boleh dilewatkan. Mumpung berada di Cibodas (Cianjur). Terdengar suara riuh tawa canda mereka dari kejauhan. Senang rasanya mendengar hal demikian.


Satu jam lebih siswa ikhwan berada di kolam. Penulis sudah kedinginan, satu persatu siswa mulai mengeluarkan diri dari dalam kolam. Saatnya, mandi dan minum yang anget-anget. Jangan lupa, pasti ngantri kalau begini mandinya.

Survei dulu sebelum "Eksekusi"

Sampai di waktu maghrib, kami shalat berjamaah. Dilanjutkan dengan makan malam, seperti biasa, ngantri. Tapi seru deh, makan berjamaah gini apalagi sambil dengerin instrumen khas sunda. Ajib bener dah, alhamdulillah. Lauknya ayam goreng yang biasa dimakan upin ipin, pake sambel terasi dan timun yang dipotong-potong bulat. Nyam-nyam-nyam. Di waktu isya kami shalat berjamaah lagi. Nah, bada isya merupakan waktu yang panjang bagi siswa untuk bercengkrama bersama, curhat bareng, maen game smartphone, usilin temen dan sejenisnya.

Sementara siswa kelas VI asik dengan kesibukannya, penulis bersama 2 guru pendamping ikhwan. Berkeliling kampung guna survei buat acara nanti di sepertiga malam. Di temani juga oleh penjaga kuburan... yeeh, huss... bukan! Tapi penjaga villa, seorang pemuda setengah tampan berkulit sawo matang. Yang kami heran, adalah orang-orang di permukiman tersebut tidak terlihat. Kayaknya lagi pada di dalam rumah, padahal baru jam 8-an malam. Malam itu terasa dingin, tibalah kami di sebuah hutan gelap dan dingin. Ada kuburan, lalu terdengar..... suara air mengalir di depan kami. Ternyata sungai kecil untuk mengairi kebun-kebun lewat aliran sungai yang lebih kecil. Kami melewati kuburan, kebun-kebun sayur dan buah rasberry. Sampailah kami di sebuah lapangan tennis yang sudah tidak terpakai lagi, di sebelahnya ada warung yang hanya buka di waktu siang saja. Sembari memikirkankan, jadi tidaknya tempat tersebut dipakai untuk dini hari nanti, kami kembali lagi ke villa. Di villa kami langsung tidur. 

Di bawah Cahaya Malam


Hahaha, pukul 03.00 dini hari waktunya eksekusi. Masing-masing pendamping menjalankan tugasnya. Para siswa mulai dibangunkan dari tidurnya. Mereka diminta shalat tahajud terlebih dahulu. 2 orang pendamping ikhwan bergegas menuju tempat yang sudah direncanakan, jaraknya dekat dan tidak sampai ke hutan. Hanya lurus mengikuti jalan setapak berkisar 10 meter, lalu belok kanan. Yang di situ ada sebuah jalan kosong yang pas buat acara ini. Penulis bersiap di dekat tikungan sebelah kanan. Pendamping yang lain berada di tempat akhir, lumayan agak gelap tempatnya dan agak sepi.

Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri dari 4-5 orang. Secara bergiliran mereka berjalan mengikuti instruksi ketua acara menuju tempat eksekusi. Salah satu kelompok ada yang nyasar, sampai ke hutan yang awal di survei. Untunglah mereka balik lagi karena merasa nyasar. Masing-masing kelompok mulai sampai di tempat hingga kelompok yang terakhir. Para pendamping sudah standby ditempat, ketua acara mulai memainkan perannya. Siswa seluruhnya diajak untuk merenungkan keadaan alam sekitar, kekeliruan yang telah mereka lakukan sewaktu malam tadi berupa kegaduhan dan tak menurut. Sayup- sayup mulai terdengar rintihan tangis siswa tatkala diingatkan tentang saudara mereka yang kurang beruntung di negeri-negeri muslim. Tentang sahabat mereka yang tak lama lagi akan berpisah, nasehat dari guru pendamping bahwa mereka dianjurkan jangan sampai terbawa arus kemaksiatan seperti pacaran, tawuran dan lain-lain. Malam itu begitu hening, haru biru suasana menjelang subuh, hanya diterangi sinar rembulan yang agak bulat. Perenungan yang seakan meresap kedalam jiwa. Tibalah adzan subuh sebagai pertanda berakhirnya perenungan malam itu.

Selanjutnya

1 komentar:

Unknown
10 Juni 2015 pukul 08.02

Subhaanalloh...betul - betul - betul bikin ngiri niih?!! kapan yaa madaris Bifik nyusulnya???

Posting Komentar

Setiap Komentar yang bersifat membangun tentu sangat kami harapkan