From Cibodas with a Sweet Moments Part 2
Akhirnya sampai di Villa
Sekitar jam satu siang, akhirnya
kami sampai di Villa, ternyata belum masuk kawasan Kebun Raya Cibodas yang
jaraknya 3 kilometer. Di Villa kami istirahat dulu dan mengisi tenaga, tentunya
dengan makan. Villa yang kami sewa namanya Delledy, menurut pemiliknya, dinamai
demikian terinspirasi dari 3 nama anaknya yang disingkat. Penulis agak lupa
nama anak-anaknya. Di sana ada beberapa kamar yang kami tempati, dua untuk
ikhwan dan 2 untuk akhwat. Masing-masing bisa diisi oleh 12-13 orang. Letak kamar-kamar
tersebut ada di atas yang langsung menghadap pemandangan gunung, permukiman
warga, masjid serta kebun bunga hias. Subhanalloh, iri banget kayaknya yang gak
ikut. Selesai Isma (istirahat makan) kami bergegas untuk sholat Dzuhur.
Karena masih lelah, waktu bada dzuhur dimanfaatkan untuk istirahat sampai
qobla ashar. Akibat kekenyangan, ada saja siswa yang tertidur. Namun, lebih
banyak yang justru menikmati pemandangan alam dan udara yang sejuk, dengan
berjalan-jalan sekitar halaman villa. Siswa ikhwan ditemani dengan penulis,
penasaran ingin mencoba dinginnya air di daerah tersebut, maka dicobalah dengan
menceburkan diri ke kolam renang di villa. Beerrrrrr, dingin kali... belum
sampai 5 menit saja tubuh sudah terasa menggigil, tak dihiraukan sih. Mereka masih
saja asik berenang sambil main bola plastik yang dipinjam dari siswa Akhwat.
Berhubung siswa Ikhwan sedang asyik berenang di kolam, siswa akhwat bersama
wali kelasnya berkeliling kampung sekitar villa, untuk selfie, groufie dan
tafakur alam. Kebersamaan yang tak boleh dilewatkan. Mumpung berada di Cibodas
(Cianjur). Terdengar suara riuh tawa canda mereka dari kejauhan. Senang rasanya
mendengar hal demikian.
Satu jam lebih siswa ikhwan berada di kolam. Penulis sudah kedinginan, satu
persatu siswa mulai mengeluarkan diri dari dalam kolam. Saatnya, mandi dan
minum yang anget-anget. Jangan lupa, pasti ngantri kalau begini mandinya.
Survei dulu sebelum "Eksekusi"
Sampai di waktu maghrib, kami shalat berjamaah. Dilanjutkan dengan makan
malam, seperti biasa, ngantri. Tapi seru deh, makan berjamaah gini apalagi sambil
dengerin instrumen khas sunda. Ajib bener dah, alhamdulillah. Lauknya ayam
goreng yang biasa dimakan upin ipin, pake sambel terasi dan timun yang
dipotong-potong bulat. Nyam-nyam-nyam. Di waktu isya kami shalat berjamaah
lagi. Nah, bada isya merupakan waktu yang panjang bagi siswa untuk bercengkrama
bersama, curhat bareng, maen game smartphone, usilin temen dan sejenisnya.
Sementara siswa kelas VI asik dengan kesibukannya,
penulis bersama 2 guru pendamping ikhwan. Berkeliling kampung guna survei buat
acara nanti di sepertiga malam. Di temani juga oleh penjaga kuburan... yeeh,
huss... bukan! Tapi penjaga villa, seorang pemuda setengah tampan berkulit sawo
matang. Yang kami heran, adalah orang-orang di permukiman tersebut tidak
terlihat. Kayaknya lagi pada di dalam rumah, padahal baru jam 8-an malam. Malam
itu terasa dingin, tibalah kami di sebuah hutan gelap dan dingin. Ada kuburan,
lalu terdengar..... suara air mengalir di depan kami. Ternyata sungai kecil
untuk mengairi kebun-kebun lewat aliran sungai yang lebih kecil. Kami melewati
kuburan, kebun-kebun sayur dan buah rasberry. Sampailah kami di sebuah lapangan
tennis yang sudah tidak terpakai lagi, di sebelahnya ada warung yang hanya buka
di waktu siang saja. Sembari memikirkankan, jadi tidaknya tempat tersebut
dipakai untuk dini hari nanti, kami kembali lagi ke villa. Di villa kami langsung
tidur.
Di bawah Cahaya Malam
Hahaha, pukul 03.00 dini hari waktunya eksekusi. Masing-masing pendamping
menjalankan tugasnya. Para siswa mulai dibangunkan dari tidurnya. Mereka diminta
shalat tahajud terlebih dahulu. 2 orang pendamping ikhwan bergegas menuju
tempat yang sudah direncanakan, jaraknya dekat dan tidak sampai ke hutan. Hanya
lurus mengikuti jalan setapak berkisar 10 meter, lalu belok kanan. Yang di situ
ada sebuah jalan kosong yang pas buat acara ini. Penulis bersiap di dekat
tikungan sebelah kanan. Pendamping yang lain berada di tempat akhir, lumayan
agak gelap tempatnya dan agak sepi.
Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang terdiri
dari 4-5 orang. Secara bergiliran mereka berjalan mengikuti instruksi ketua
acara menuju tempat eksekusi. Salah satu kelompok ada yang nyasar, sampai ke
hutan yang awal di survei. Untunglah mereka balik lagi karena merasa nyasar. Masing-masing
kelompok mulai sampai di tempat hingga kelompok yang terakhir. Para pendamping
sudah standby ditempat, ketua acara mulai memainkan perannya. Siswa seluruhnya
diajak untuk merenungkan keadaan alam sekitar, kekeliruan yang telah mereka
lakukan sewaktu malam tadi berupa kegaduhan dan tak menurut. Sayup- sayup mulai
terdengar rintihan tangis siswa tatkala diingatkan tentang saudara mereka yang
kurang beruntung di negeri-negeri muslim. Tentang sahabat mereka yang tak lama
lagi akan berpisah, nasehat dari guru pendamping bahwa mereka dianjurkan jangan
sampai terbawa arus kemaksiatan seperti pacaran, tawuran dan lain-lain. Malam itu
begitu hening, haru biru suasana menjelang subuh, hanya diterangi sinar
rembulan yang agak bulat. Perenungan yang seakan meresap kedalam jiwa. Tibalah adzan
subuh sebagai pertanda berakhirnya perenungan malam itu.
Selanjutnya
Di bawah Cahaya Malam
Selanjutnya
1 komentar:
Subhaanalloh...betul - betul - betul bikin ngiri niih?!! kapan yaa madaris Bifik nyusulnya???
Posting Komentar
Setiap Komentar yang bersifat membangun tentu sangat kami harapkan